Perawatan yang tepat untuk Murai Batu (MB) muda hutan (MH) agar cepat ngeplong dan gacor
Murai Batu (MB) adalah salah satu jenis burung kicauan terbaik dengan suara kicauan yang merdu dan bervariasi dengan disertai gaya tarung yang memukau. Tidak heran jika burung fighter ini menjadi primadona dikalangan penghobi burung kicau walaupun harganya cukup mahal.
Murai Batu (MB) termasuk burung yang pintar menirukan suara dari burung lain yang sering didengarnya dan akan di olah sebagai materi isiannya.
Kelebihan lain dari burung petarung ini adalah keindahan fisiknya, terutama bagian ekornya yang panjang menjuntai sehingga membuat penampilannya terkesan gagah dan mewah sehingga membuat banyak Kicau Mania jatuh hati pada burung ini.
Harga Murai Batu (MB) yang mahal tidak menyurutkan minat para MB mania untuk tetap memeliharanya, karena harga yang mahal tersebut dirasa sepadan dengan kepuasan batin yang didapatkan dengan memelihara Murai Batu (MB) sebagai klangenan atau untuk dilombakan.
Tapi walaupun harganya mahal, Murai Batu (MB) tetap menjadi burung paling laku dipasaran, hal itu terbukti dengan semakin membludaknya stok Murai Batu (MB) yang di import dari luar wilayah Indonesia seperti dari Malaysia, Thailand dan Vietnam, baik yang dari penangkaran ataupun tangkapan hutan yang biasa disebut Murai Batu muda hutan (MH). Hal itu dikarenakan stok Murai Batu (MB) lokal sudah tidak cukup lagi untuk memasok permintaan pasar yang semakin tinggi.
Karena harganya yang cukup mahal itulah, banyak MB mania yang memilih untuk membeli Murai Batu (MB) bakalan atau muda hutan (MH) walaupun dengan resiko kematian yang cukup tinggi. Namun pesona burung fighter ini tetap menjadi magnet bagi para MB mania untuk tetap memeliharanya dengan mengesampingkan resiko kerugian yang akan di alami jika MB bakalan tersebut mati.
Terlepas dari resiko kematian tersebut, Murai Batu (MB) muda hutan (MH) tetap menjadi pilihan karena harganya yang jauh lebih murah dari Murai Batu (MB) hasil penangkaran dan Murai Batu yang sudah jadi (gacor).
Kalau kita memilih untuk memelihara Murai Batu (MB) MH, belilah pada penjual burung yang terpercaya atau yang sudah menjadi langganan kita agar lebih aman, karena tidak sedikit Murai Batu (MB) tangkapan hutan yang didapatkan dari hasil pancingan. Murai Batu (MB) hasil pancingan sulit sekali untuk bisa bertahan hidup karena kail pancing biasanya masih tertinggal ditenggorokan Murai Batu (MB) tetsebut.
Ciri-ciri Murai Batu (MB) yang prospek:
• Terlihat lebih agresif diantara MB lainnya
• Nafsu makannya paling rakus dari yang lain.
• Sorot matanya tajam dan melotot seperti sedang marah.
• Postur tubuhnya tegap berdiri seperti menantang.
• Body ramping memanjang.
• Kepala terlihat papak.
• Bulunya terlihat rapi dan mengkilap kebiru-biruan jika terkena sinar Matahari.
• Kakinya mencengkram kuat dan selalu waspada pada keberadaan manusia disekitarnya.
• Suara cetrekannya keras dan dobel.
Pilihlah MB dengan ciri-ciri seperti diatas, karena MB dengan ciri-ciri tersebut memiliki mental fighter yang bagus dan akan lebih cepat gacor nantinya.
Setelah kita mendapatkan bahan MB yang prospek, pertama kali yang harus kita lakukan adalah mengkondisikan MB bakalan tersebut untuk beradaptasi dengan lingkungan barunya terlebih dahulu, tidak usah terburu-buru melatihnya untuk makan voer.
Sebaiknya MB lebih banyak dikerodong (Full kerodong), tempatkan ditempat yang tenang, jauhkan dari suara gaduh yang dapat mengagetkan MB serta dari lalu-lanang manusia agar MB tidak stres.
Untuk sementara tidak usah dimandikan dulu, berikan ulat hongkong (UH), kroto, dan jangkrik kecil yang sudah dipotong kakinya sebagai menu pakannya. Letakkan pada cepuk berbeda dengan jumlah yang cukup banyak agar MB merasa senang selama masa adaptasi.
Kenapa harus jangkrik kecil yang sudah dipotong kakinya..??
Karena pada masa-masa awal tersebut, MB bakalan masih sangat waspada, MB mudah sekali terkejut saat mendengar suara atau hanya melihat sedikit gerakan saja. Yang dikuatirkan kalau kita memberikan jangkrik ukuran besar yang utuh pada saat MB bakalan tersebut sedang makan dan tiba-tiba ada sesuatu yang mengagetkannya akan membuat MB tersedak dan bisa berakibat fatal.
Lakukan perawatan tersebut selama satu minggu masa adaptasi. Setelah satu minggu, kerodong bisa mulai dibuka agar MB mulai mengenal lingkungan barunya dan cukup dikerodong pada malam hari saja.
Sediakan cepuk mandi didalam kandangnya agar MB bisa mandi sendiri semaunya. Setelah MB bakalan tersebut terlihat sehat dan makan lahap, mulailah kita latih untuk makan voer.
Caranya:
• Ulat hongkong (UH) dipotong kecil-kecil campur dengan kroto dan sedikit voer halus aduk sampai rata.
• Berikan jangkrik 5 ekor pada pagi, siang dan sore, bisa yang ukuran sedang atau besar yang sudah dipotong kakinya.
• Hari berikutnya tambahkan porsi voer lebih banyak dan kurangi porsi kroto serta ulat hongkongnya.
• Jangkrik tetap diberikan 5/5 pada pagi, siang dan sore hari.
• Perbanyak porsi voer setiap harinya sampai MB bakalan tersebut mau makan voer polos tanpa kroto dan UH.
• Cek kotoran MB, kalau sudah padat dan berwarna sama seperti voer yang kita berikan berarti MB bakalan tersebut sudah mulai ngevoer.
• Jika MB sudah mau makan voer halus, jangkrik tetap diberikan pada 5/5 pagi dan sore.
• Kroto cukup diberikan seminggu 3 kali.
Lanjutkan ketahap berikutnya yaitu melatih MB untuk makan voer kasar, caranya campurkan voer kasar sedikit demi sedikit dengan voer halus yang sudah biasa dikonsumsi MB bakalan tersebut sampai MB benar-benar mau mengkonsumsi voer kasar yang kita sediakan. Jangkrik tetap diberikan 5/5 pagi/sore agar MB masih merasa lapar dan akan terbiasa mengkonsumsi voer sebagai pakan utamanya.
Setelah MB bakalan tersebut sudah mau makan voer kasar, segera lanjut ketahap penjinakan:
• Mandikan MB dengan sprayer sampai basah kuyup lalu berikan jangkrik langsung dari tangan kita.
• Kalau MB masih takut, gunakan lidi yang panjang, tusuk jangkrik dengan lidi dan ulangi terus sampai MB tidak takut lagi untuk mengambil jangkrik yang kita sodorkan.
• Setelah itu gantang MB ditempat yang ramai lalu-lalang orang agar terbiasa dengan keberadaan manusia disekitarnya.
Mulailah melatih MB untuk mandi dikeramba, awalnya mungkin agak susah untuk memasukkan MB kedalam bak keramba, coba pancing dengan jangkrik agar MB mau masuk kedalam keramba.
Setelah MB mau masuk kedalam keramba, pancing dengan semprotan halus untuk memancingnya agar mau mandi. Setelah MB mandi, angin-anginkan dulu sampai bulunya kering lalu dijemur secukupnya saja.
Setelah MB mulai rajin ngeriwik, berarti MB bakalan tersebut sudah bisa beradaptasi dengan lingkungan barunya.
Mulailah kita setting ekstra foodingnya:
• Embunkan mulai jam 5 pagi agar MB menghirup udara segar dan agar terpancing nalurinya untuk berkicau.
• Tingkatkan porsi jangkriknya secara bertahap dari yang semula 5/5 pagi/sore menjadi 7/7 pagi/sore dan bisa ditambah lagi sampai MB rajin ngeplong.
• Tambah ulat hongkong (UH) 3/3 pagi/sore.
• Berikan kroto segar dua hari sekali dengan porsi satu cepuk sekali pemberian agar MB rajin bunyi dengan suara ngeplong.
• Cacing diberikan seminggu sekali sebanyak 2 ekor.
Lakukan perawatan secara konsisten agar Murai Batu (MB) muda hutan (MH) yang kita pelihara tersebut rajin bunyi dan cepat gacor.
Baca juga:
Perawatan Kacer muda agar cepat ngeplong dan gacor
Cara melatih mental fighter Kacer agar tangguh dan siap lomba
Demikian sedikit informasi tentang Perawatan yang tepat untuk Murai Batu (MB) muda hutan (MH) yang tepat agar cepat ngeplong dan gacor. Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB) bisa dibaca pada artikel OKB yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Post a Comment for "Perawatan yang tepat untuk Murai Batu (MB) muda hutan (MH) agar cepat ngeplong dan gacor"