Tips perawatan Murai Batu Borneo/Kalimantan agar rajin bunyi
Secara fisik, Murai Batu (MB) Borneo/Kalimantan hampir sama dengan Murai Batu (MB) lainnya (selain MB kepala putih/murai haji). Perbedaannya hanya terletak pada ekornya, dimana bulu ekorurai Batu (MB) Borneo/Kalimantan cenderung lurus dan kaku dengan jarak antara ekor putih dan hitam yang berdekatan.
Satu hal yang menjadi ciri khas dari Murai Batu (MB) asal Kalimantan adalah pada gaya tarungnya yang selalu mengembangkan bulu-bulu dadanya, karena itulah Murai Batu (MB) Borneo/Kalimantan sering disebut dengan Murai Batu (MB) gembung.
Tips memilih Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan:
Sebagian besar Muarai Batu (MB) Borneo yang beredar dipasaran merupakan burung muda hutan (MH), hasil tangkapan dari alam. Beberapa cara dilakukan pemikat Murai Batu (MB) untuk mendapatkan burung fighter bersuara merdu ini dari hutan-hutan di wilayah Kalimantan.
Cara yang wajar dilakukan adalah dengan membuat jebakan dari sangkar dengan meletakkan pakan sebagai umpan. Begitu Muarai Batu (MB) masuk ke dalam sangkar jebak.
Tetapi ada juga yang menggunakan alat bantu seperti jaring dan getah/pulut. Bahkan ada yang paling ekstrim dan sadis, yaitu dengan menggunakan mata pancing yang tentunya akan melukai bagian dalam tenggorokan dari Murai Batu (MB).
Bagi kita yang masih awam, akan sulit untuk membedakan bagaimana cara burung ini diperoleh ketika sudah berada dilapak pedagang burung. Kita tidak tahu persis, apakah burung tersebut hasil penjebakan, pemikatan, memakai jaring dan getah, atau hasil pancingan.
• Ciri-ciri Murai Batu jaringan dan jebakan pulut/getah:
Murai Batu (MB) yang ditangkap dengan jaring dan jebakan getah/pulut bisa dikenali dari bulu-bulunya yang cenderung tidak rapi, bahkan ada juga beberapa bagian bulu yang hilang atau tercabut. Meski demikian, tidak ada cacat fisik yang parah yang di akibatkan dari proses penangkapan tersebut.
• Ciri-ciri Murai Batu (MB) hasil pancingan:
Murai Batu (M) yang diperoleh dengan cara dipancing justru memiliki bulu-bulu yang lebih mulus/rapi, karena saat tertangkap tidak terjadi kontak dengan bulu, kontak hanya terjadi antara mata pancing dan paruh burung. Cara penangkapan seperti ini sangat berpotensi merusak bagian dalam tenggorokan Murai Batu (MB), atau bagian kepala di dekat pangkal paruh.
Jadi sebelum membeli Murai Batu (MB) bahan/bakalan, sebaiknya dicek dulu bagian-bagian vital tersebut. Jangan terkecoh melihat Murai Batu (MB) dengan bulu-bulu yang utuh karena bisa jadi justru burung hasil pancingan.
Murai Batu (MB) muda hutan (MH) cenderung sulit diajari untuk makan voer dan membutuhkan waktu cukup lama agar ngevoer total. Biasanya para pedagang hanya memberikan ulat hongkong (UH) pada Murai Batu (MB) untuk mempertahankan agar Murai Batu (MB) tetap bertahan hidup selama burung belum laku.
Kalau memungkinkan, pilihlah Murai Batu (MB) bahan/bakalan yang sudah mengkonsumsi campuran kroto dan voer halus (semi voer), agar lebih mudah dalam merawatnya. Tapi kalau tidak memungkinkan, berarti kita harus lebih telaten untuk melatih Murai Batu (MB) bahan/bakalan tersebut untuk makan voer terlebih dulu.
Pilihlah burung yang sehat, ditandai dengan nafsu makannya rakus, kedua sayapnya mengapit rapat pada sisi samping tubuhnya sampai ke bagian paha, gerakannya lincah, matanya melotot dengan sorot mata yang tajam mengikuti arah gerakan kita (waspada). Jangan memilih burung yang matanya terlihat sayu dan berair. Untuk suara cetrekannya, pilihlah yang padat dan keras.
Cara melatih Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan untuk ngevoer:
Langkah pertama yang harus kita lakukan dalam perawatan bahan/bakalan Murai Batu (MB) Borneo adalah melatih burung untuk ngevoer.
Berikut ini dua metode untuk melatih Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan agar mau makan voer:
• Campurkan voer halus dengan kroto, lalu dibasahi dengan sedikit air dan bagian atasnya ditaburi lagi dengan kroto. Lakukan cara ini selama seminggu atau lebih dengan takaran voer setiap harinya terus ditambah dan campuran krotonya terus dikurangi sedikit demi sedikit sampai Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan tersebut benar-benar mau makan voer polos tanpa campuran kroto.
• Campurkan voer halus dengan ulat hongkong (UH) yang dipotong kecil-kecil, atau bisa juga dicampur dengan potongan perut jangkrik yang juga dipotong kecil-kecil, kemudian basahi dengan air secukupnya dan bagian atasnya ditaburi kroto. Berikan campuran pakan tersebut selama seminggu atau lebih dengan pola campuran yang sama dengan cara pertama sampai Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan tersebut benar-benar mau makan voer total tanpa campuran ulat hongkong (UH), jangkrik ataupun kroto.
Setelah Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan sudah ngevoer total, Ekstra fooding (EF) seperti jangkrik, ulat hongkong (UH) dan kroto harus tetap diberikan setiap harinya.
Setelah Murai Batu (MB) Borneo terbiasa mengkonsumsi voer halus, mulailah dilatih untuk mengkonsumsi voer kasar. Caranya dengan mencampur voer halus dengan voer kasar, sedikit demi sedikit campuran voer halus dikurangi sampai Murai Batu (MB) Borneo tersebut terbiasa mengkonsumsi voer kasar sepenuhnya.
Selama proses adaptasi, sebaiknya jangan menggantang burung ditempat yang ramai atau banyak suara burung lain yang gacor untuk menghindari stres.
Karena itulah, sebaiknya burung lebih banyak dikerodong (full kerodong) pada sati minggu pertama sejak burung tiba dirumah. Setelah satu minggu full kerodong, sudah bisa mulai dibuka sedikit demi sedikit agar burung mulai mengenal lingkungan barunya. Karena proses adaptasi bisa berlangsung sekitar 2-4 minggu, tergantung perawatan dan juga kondisi dari burung itu sendiri.
Apabila proses adaptasi sudah selesai, jangan terburu-buru ingin mendengarkan suaranya, apalagi langsung ingin dimaster. Buatlah Murai Batu (MB) tersebut jinak dulu, karena jika sudah jinak, akan lebih memudahkan kita dalam perawatan berikutnya.
Perawatan harian Murai Batu (MB) Borneo muda hutan (MH):
• Embunkan burung setiap hari mulai jam 05.00 pagi.
• Setelah jam 07.00 pagi burung dimandikan di bak keramba.
• Setelah selesai mandi, burung di angin-anginkan dulu sampai bulu-bulunya kering, sambil diberikan Ekstra fooding (EF).
• Setelah semua bulu-bulunya kering, kemudian burung dijemur selama 1-2 jam. voer dan air minumnya tetap diberikan agar Murai Batu (MB) tidak kelaparan dan dehidrasi.
• Setelah selesai dijemur, burung digantang ditempat yang teduh dan tenang. Jangan pindah-pindah tempat gantangan dulu sampai Murai Batu (MB) Borneo tersebut rajin bunyi.
Setelah Murai Batu (MB) rajin bunyi, baru pindah tempat gantangannya agar Murai Batu (MB) Borneo tersebut terbiasa berkicau dimanapun digantang.
Settingan Ekstra fooding (EF) harian untuk Murai Batu (MB) Borneo muda hutan (MH):
• Berikan jangkrik 7/7 pagi/sore, yang sudah dipotong kaki-kakinya.
• Berikan Ulat hongkong (UH) 3/3 pagi/sore.
• Berikan kroto segar 1 cepuk dua hari sekali.
• Bisa juga ditambahkan cacing yang diberikan seminggu sekali sebanyak 2 ekor yang sudah dibersihkan isi perutnya.
Lakukan perawatan tersebut dengan telaten dan konsisten, agar Murai Batu (MB) Borneo bahan/bakalan yang kita pelihara bisa cepat berkicau.
Baca juga:
Demikian informasi tentang tips perawatan Murai Batu (MB) Borneo/Kalimantan agar rajin bunyi. Untuk informasi lain seputar Murai Batu (MB) bisa dibaca pada artikel OKB yang lain.
Semoga bermanfaat
Terima kasih
Terima kasih
Murai Batu (MB) Borneo/Kalimantan
Video Murai Batu Borneo gacor
Post a Comment for "Tips perawatan Murai Batu Borneo/Kalimantan agar rajin bunyi"